Selasa, 20 November 2012

Ilmu Pengetahuan Tekhnologi


Ilmu Pengetahuan Tekhnologi
            Ilmu Pengetahuan Tekhnolgi merupakan suatu ilmu yang saling berkaitan dengan pesatnya perkembangan globalisasi. Semakin majunya erea globalisasi semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tekhnologi. Dari dulu sampai sekarang ilmu pengetahuan tekhnologi sangat berkaitan dan diperlukan dalam kehidupan sehari – hari . Saya pun secara tidak langsung sudah mengenal ilmu pengetahuan tekhnologi sejak saya kecil. Sejak kecil saya sudah terbiasa mendengar lagu- lagu anak, dan belajar bernyanyi melalui media radio dan televisi. Semakin besar saya juga mengenal alat komunikasi dan penyampai informasi yang bernama computer. Komputer sering digunakan ayah dan ibu untuk mengetik dan mengerjakan pekerjaannya. Namun Saat kecil sampai taman kanak-kanak saya belum bisa memakai computer, saya hanya sudah melihat dan mengetahuinya. Sejak Saya SD saya sudah mulai bisa menggunakan computer namun hanya sesekali dan yang pertama saya kenal saat saya sd yaitu mewarnai melalui computer dan permainan games dan saat saya kelas 5 sd saya sudah mengetahui. Saat saya SMP saya sudah mulai mengenal handphone tetapi saya belum memilikinya . Saat saya SMP saya baru mempunyai handphone. Dengan menggunakan handphone saya menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi dengan orang tua dan teman. Saya pun sudah bias menggunakan computer dan mulai terbiasa mengerjakan tugas melalui media computer, bahkan saya sudah mengenal jejaring social seperti facebook dan friendster saat saya SMP. Saat ujian nasional SMP pun pemeriksaan nya melalui media computer. Setelah lulus SMP dan saya ingin mendaftar ke SMA pun menggunakan system computer dan internet . Nilai UN dan biodata kita isikan dan kita pilih SMA yang kita inginkan. Alhamdulillah saya berhasil menjadi 360 orang pendaftar yang diterima di SMA Negeri 4 Bekasi melalui jalur NEM. Saat saya SMAsaya menjadi lebih sering menggunakan computer dan internet, terutama dalam mengerjakan tugas – tugas dan media belajar. Saya pun sudah mengenal penggunaan E-Book saat saya SMA . Saya pernah memakai media pembelajaran E-Book terutama sebagai persiapan menghadapi ujian Nasional. Saat saya kuliah saya sudah dibelikan Laptop atau yang biasa kita sebut sebagai computer jinjing , semakin mudah saja penggunaan media komunikasi dan informasi . Dalam program studi sistem informasi yang saya pilig , media pembelajaran juga melibatkan penggunaan laptop dan computer. Kemudahan yang ditawarkan laptop pun banyak mulai dari penggunaan kamera secara lebih muda, media pengeditan gambar, berbagai software aplikasi, dan berbagai bahasa pemrograman dapat kita pelajari dan kita bawa sesuai dengan keinginan kita. Semakin majunya suatu zaman akan semakin berkembang pesat pula kemajuan ilmu pengetahuan teknologi .Semua kemajuan zaman ini dapat kita jaadikan ilmu yang bermanfaat. Dan kita sebagai pengguna sudah seharusnya menjaga dengan baik dan turut menjaga kemajuat tekhnologi agar dapat berperan positif bagi kehidupan kita dan anak cucu kita nanti.

KEMISKINAN


KEMISKINAN
D. Kemiskinan
Miskin adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat hidup yang paling rendah serta tidak mampu mencapai tingkat minimal dari tujuantujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat berupa konsumsi, kebebasan, hak mendapatkan sesuatu, menikmati hidup dan lainlain (Husen, 1993).
Menurut De Vos kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu mencapai salah satu tujuannya atau lebih, tujuantujuan yang dimaksud di sini tentunya dapat diinterpretasikan sesuai persepsi seseorang. Dengan demikian, kemiskinan dapat diartikan berdasarkan kondisi seseorang dalam mencapai tujuan-­tujuan yang diinginkan (Suparta, 2003).
Di lain pihak Friedmann (1979), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuatan sosial meliputi modal yang produktif atau asset (misalnya, tanah, perumahan, peralatan, kesehatan dan lainlain); sumbersumber keuangan (income dan kredit yang memadai); organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, sindikat, kopera­si dan lainlain); jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barangbarang dan lainlain; pengetahuan dan keterampilan yang memadai; dan informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan anda.
De Vos (1991) juga memberikan pengertian kemiskinan berdasarkan be­berapa pendekatan, yaitu batasan secara absolut dan batasan relatif. Kemiskinan secara absolut memberikan pengertian keadaan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan minimum untuk hidup tanpa melihat kondisi lingkungan masyarakat. Sedangkan pengertian kemiskinan relatif memberikan pengertian keadaan seseorang bila dibandingkan dengan kondisi masyarakatnya sering berpindahpindah lapangan pekerjaan dan sebahagian besar pendapatannya.
Dari segi sosial, kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu  kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim (Sumardi dan Dieter, 1985). Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan (BPS, 2002).
Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian pada sektor informal di pedesaan maupun di perkotaan, sering berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga (Hasbullah, 1983).
Sekurangkurangnya ada dua pendekatan untuk memberikan pengertian tentang kemiskinan. Pertama adalah pendekatan absolut yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan fisik minimum, tolok ukur yang dipakai adalah kebutuhan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang atau keluarga agar dapat melangsungkan hidupnya pada taraf yang layak. Pendekatan kedua adalah pendekatan relatif dimana kemiskinan ditentukan berdasarkan taraf hidupnya relatif dalam masyarakat (Suparlan, 1984).
Secara konsepsional, kemiskinan dirumuskan sebagai suatu kondisi hidup yang serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Secara operasional kriteria kemiskinan itu ditetapkan dengan tolok ukur garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah golongan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, sedangkan target pembangunan biasanya dirumuskan sebagai upaya mengentaskan golongan masyarakat miskin agar mereka bisa berada di atas garis kemiskinan tersebut.
Mubyarto (1990) mengungkapkan bahwa kemiskinan adalah manifestasi dari keadaan keterbelakangan masyarakat, dimana melalui upayaupaya pendidikan dan modernisasi, kemiskinan dan keterbelakangan akan berkurang. Selanjutnya menurut Esmara (1979), yang dimaksud dengan tingkat kemelaratan absolut lebih banyak ditujukan terhadap tingkat kehidupan penduduk secara absolut, baik yang diukur dengan pemakaian kalori, tingkat gizi, sandang, sanitasi, pendidikan, dan sebagainya.
Esmara menyimpulkan, bahwa dalam menentukan garis kemelaratan perlu ditentukan suatu kebutuhan minimum yang memungkinkan orang hidup dengan layak. Menurutnya, memang sukar menentukan batas kelayakan jumlah pendapatan, pengeluaran konsumsi, kebutuhan kalori, dan sebagainya yang dapat digunakan sebagai titik tolak perhitungan. Esmara menyebutkan batas kebutuhan minimum tersebut sebagai "garis kemiskinan". Batas tersebut juga biasa disebut dengan "garis kemiskinan”

ILMU PENGETAHUAN, TEKHNOLOGI, DAN NILAI


ILMU PENGETAHUAN, TEKHNOLOGI, DAN NILAI
C. Ilmu Pengetahuan, Tekhnologi, dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan  yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah ilmu diatas, berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode ilmiah (èkegiatan meyusun tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan verifikasi atau menguji kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense) yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para Nabi atau UtusanNya).
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya dengan nilai moral yaitu:
1.  Ontologis (Objek Formal Pengetahuan)
Ontologis dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya
2.  Epistemologis
Epistemologis seperti diuraikan diatas hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
3.  Aksiologis
Aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan:
1.  Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau buruk. Golongan ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan lainnya dikorbankan demi teknologi.
2.  Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Nampaknya ilmuwan golongan kedua yang patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan “pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI


ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
        Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
Contoh:
1. Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.
2. Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
B. Pengertian Tekhnologi
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.

Teknologi juga penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi merupakan Aplikasi ilmu dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa aspek.

INTEGRASI SOSIAL DAN INTEGRASI NASIONAL


INTEGRASI SOSIAL DAN INTEGRASI NASIONAL
F. Golongan – golongan yang berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat Majemuk dan National Indonesia terdiri dari :
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2. Agama
3. Bahasa
4. Nasional Indonesia.
b. Integritas
variabel-variabel yang dapat menghamabat dalam integritas adalah :
1. Klaim/tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi.
3. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan
c. Integrasi Sosial
Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma
G. Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:
1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.

PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETHOSENTRIS


PRASANGKA DISKRIMINASI DAN  ETHOSENTRIS
D. Prasangka Diskriminasi dan Ethosentris
Prasangka adalah sifat negative terhadap sesuatu. Dalam kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi materi tertentu atau untuk status social bagi suatu individu atau suatu kelompok social tertentu. Seorang yang berprasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkanya.
·         Diskriminasi
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu,
di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
ejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan 
·         Ethnosentrisme
Ethnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
E. Pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu
  1. terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik
  2. unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
  3. terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik tersebut :
  1. Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik
  2. Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah
  3. Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting
  4. Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta kesepakatan untuk melakukan kegiatan bersama
  5. Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
  6. Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak

PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT


PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A. Pengertian Pertentangan Sosial
Pertentangan Sosial adalah suatu kegiatan  yang menentang ilmu - ilmu sosial yang biasanya terjadi karena kesalah pahaman. contoh pertentangan sosial adalah tauran, kerusuhan, perang antar suku dan banyak lagi. contoh yang paling sering kita lihat adalah tauran, tauran yang sering terjadi biasanya di dasari oleh keinginan berkuasa atas suatu tempat atau suatu barang bahkan orang.
B. Pengertian Integrasi
       Intergrasi adalah kebalikan dari konflik sosial. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Secara umum, integrasi sosial dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut bisa meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma. Integrasi sosial akan terbentuk jika sebagian besar anggota masyarakat tadi sepakat mengenai struktur kemasyarakatan yang dibangun, termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosialnya.
C.Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya.
Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2. kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4. kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5. kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6. kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7. kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8. kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.

Selasa, 23 Oktober 2012

PEMUDA DAN SOSIALISASI


PEMUDA DAN SOSIALISASI

Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 yang ke 67, RT 05 rw 015 mengadakan berbagai macam kegiatan dan perlombaan. Kegiatan ini diadakan bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat para pemuda serta mengingat jasa para pahlawan demi meraih kemerdekaan. Semua warga rt 05 rw 015 dapat mengikuti kegiatan yang telah disusun oleh panitia dan penyelenggara. Bagi warga yang sudah berusia 20 Tahun keatas dapat mengikiti kegiatan bazar dan bakti social, sedangkan warga yang berusia 20 tahun kebawah mengikuti berbagai macam perlombaan yang telah disiapkan oleh panitia. Pada tahun ini saya diberi kesempatan untuk bergabung dengan kakak-kakak karang taruna untuk menjadi panitia dalam acara peringatan 17 agustus yang diselenggarakan rt 05. Selain bazar, bakti social  dan perlombaan akan diadakan pula malam puncak dan sekaligus diadakannya malam halal bihalal antar sesama warga. Acara malam puncak dan malam halal bihalal dilengkapi dengan berbagai runtutan acara, saya pun berkesempatan menjadi MC pada acara malam puncak tahun ini. Kegiatan malam puncak dan malam halal bihalal ini diadakan sebagai salah satu sarana sosialisasi antar sesama warga seta apresiasi pemuda dalam bentuk seni. Para pemuda yang ada disibukkan dengan berbagai kegiatan dan malamnya mengisi acara malam puncak dengan menymbangkan lagu, tari traditional, puisi, pidato dan drama. Namun itu tidak melunturkan semangat para pemuda dalam menyelenggarakan acara tersebut. Pada acara bazar banyak warga yang berjualan berbagai benda dan jasa dengan harga yang cukup terjangkau, serta sebagai tambahan diadakan lomba membuat tumpeng antar sesama ibu-ibu dan yang selanjutnya dijual pada kegiatan bazar. Kegiatan perlombaan pun ramai milai dari lomba kelereng, memasukan benang ke dalam botol, memindahkan Koran, sampai acara cerdas cermat pun warga turut bersemangat memeriahkannya. Acara malam puncak dan malam halal bihalal dimulai pukul 19.00 wib dengan pembukaan marawis, acara selanjutnya yaitu pembacaan ayat suci al-quraan dan sari tilawah. Saya pun berkesempatan menjadi pembaca sari tilawah pada kesempatan itu bersama rekan saya yang bernama siti, ia membaca ayat suci al-quran. Acara selanjutnya yaitu pembacaan puisi yang dibawakan oleh winda marlina, meskipun pembacaan puisi dibacakan sampai 3 kali itu tidak membuat warga bosan. Pembacaan puisi ini bertujuan untuk menggetarkan kembali semangat para pemuda. Acara berikutnya yaitu menyanyikan lagu Indonesia raya agar semangat para pemuda bangkit. Kemudian selanjutnya penampilan tari traditional oleh adki-adik yang masih duduk di bangku smp, ada pun penampilan tari traditional yang dibawakan oleh adik-adik yang duduk di bangku sd. Mereka menari dengan lemah gemulai dan sangat menghibur warga yang hadir. Setelah itu ada penampilan dari kakak-kakak karang taruna yaitu penampilan sebuah drama mengenai kepahlawanan dan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penampilan drama tersebut berlangsung selama 20 menit dan mendapat tepuk tangan yang meriah dari warga. Acara selanjutnya yaitu halal bihalal dan santap malam, makanannya beragam yang telah dibuat oleh ibu-ibu pkk. Selanjutnya penampilan vocal group. Tema lagu yang di nyanyikan pun berhubungan dengan kemerdekaan misalnya benderaku. Setelah pukul 21.30 diadakan acara bebas. Dan diisi oleh band-band yang sudah mendaftar untuk memeriahkan acara malam puncak tersebut. Ada sekitar 8 band yang turut memeriahkan acara malam puncak dan halal bihalal. Acara berlangsung sampai pukul 01.00. setelah acara selesai para warga pun kembali kerumah masing-masing. Saya sangat senang dapat berkesempatan menjadi salah satu warga RT 05 RW 015 yang turut dapat berkesempatan menyelenggarakan sebuah acara yang sangt bermanfaat ini.

PENDIDIKAN DAN PERGURUAN TINGGI


PENDIDIKAN DAN PERGURUAN TINGGI
A. Tujuan pokok sosialisasi
Tujuan pokok sosialisasi [3] :
a. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan)yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
b. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
c. Pengendalian funsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d. Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyrakat umumnya.
3. Potensi Generasi Muda dan Pendidikan
3.1 Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri. Untuk mengembangkan ide-ide / gagasan-gagasan itu, Institut Teknologi Maschussets (MIT) Universitas Oregon dan Universitas Carnegie Mellon (CMU), telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas dalam program-program belajar dan membaharu dalam wadah Nasional Science Foundation (NSF), di masing-masing pusat inovasi universitas-universitas tersebut. Hasil yang dicapai proyek itu : Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah dipasarkan dan menciptakan hampir 800 pekerjaan baru, dan memperoleh hasil penjualan sebesar $46,5 juta (Kingsbury. Louise, 1978:59) [3].
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia unrtuk mengembangkan potensi tenaga muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
B. Pengertian pendidikan dan perguruan tinggi
Pendidikan adalah usaha sadar  dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki ilmu di bidang keinginannya masing-masing agar bermanfaat bagi agama, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Sedangkan perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi disebut Mahasiswa sedangkan tenaga pendidikan perguruan tinggi disebut dosen. disinilah seseorang dapat mengembangkan lebih dalam lagi ilmu-ilmu yang telah didapat dari pendidikan sebelumnya (SD,SMP,SMA), yang akan berpeluang besar menggantikan generasi sebelumnya, dan dapat memajukan bangsa dan negaranya.
C. Alasan untuk berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi
Mengapa semua individu khususnya di Indonesia wajib mengenyam pendidikan selama 12 tahun? maka jika tidak, akan terjadi akibat seperti Pengangguran Semakin Banyak, Generasi Muda tidak ada, perampokan, pembunuhan dan lain sebagainya. (Menakutkan bukan) faktor: hanya karena  pendidikan yang mahal. Syukurlah pemerintah punya program sekolah gratis selama 9 tahun, “itu setahu saya karna saat SMA saya masih bayar”. Jadi kesimpulannya mengapa individu harus mengenyam pendidikan adalah  karna setiap individu harus sekolah Minimal selama 12 tahun agar disaat seseorang beranjak dewasa, seseorang itu dapat bermanfaat sebagai pemuda yang aktif didalam lingkungan masyarakat dan akan menjadi Generasi Penerus yang akan menjadi Pemimpin yang baik mengerti rakyat dan memajukan bangsa ini ke arah yang lebih baik.

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA


PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
A. Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
Rangkaian kebijaksanaan pokok dalam pembangunan di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda dalam Repelita II mencakup sejumlah kegiatan lanjutan, perluasan dan pe*ningkatan berbagai usaha selama Repelita I. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemecahan keseluruhan masalah yang mendesak secara lebih mendasar. Masalah-masalah di bidang pen*didikan dan pembinaan generasi muda antara lain menyangkut perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, keserasian (relevansi) pendi*dikan dengan kebutuhan pembangunan, tepat guna dan hasil guna pengelolaan sistim pendidikan, peningkatan dan perluasan pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda pada umumnya, pembinaan olah raga, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda. Berbagai masalah tersebut berkaitan satu sama lain sehingga keseluruhan kebijaksanaan dalam mengatasinya secara lebih mendasar dengan sendirinya merupakan suatu kebulatan pula.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang digariskan dalam Repelita II telah mengarahkan penyusunan program-program utama untuk mencapai sasaran-sasaran pokok di bidang pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui pelaksanaan rencana tahunan. Garis-garis kebijaksanaan terse-but antara lain adalah sebagai berikut:
Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar sebagai pencerminan dari azas keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah Dasar, yaitu dengan membangun gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin perluasan daya tampung SD untuk 85% dari seluruh anak umur 7 — 12 tahun yang pada akhir Repelita II diperkirakan berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini, perhatian khusus diberikan pula pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam jumlah yang memadai sesuai dengan perluasan kesempatan belajar pada SD.
Demikian pula kesempatan belajar pada sekolah lanjutan pertama bagi lulusan SD akan diperbesar dengan sekaligus memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD yang ingin me*lanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru (SPG) akan ditingkatkan sesuai dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar yang memerlukan guru tambahan. Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah (STM) dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan terhadap tenaga trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat pendidikan tinggi, perluasan kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada bidang-bidang studi tertentu yang selama ini relatif belum mencukupi.
Dalam pada itu, kebijaksanaan pemerataan kesempatan belajar ditunjang pula oleh kebijaksanaan pengadaan berbagai jenis beasiswa di semua jenis dan tingkat pendidikan, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang berbakat atau mampu berprestasi namun keadaan sosial ekonominya relatif lemah.
B. 2 pengertian pokok pembinaan dan pengembangan generasi muda
-          Generasi Muda sebagai Subyek
Generasi Muda subyek adalah mereka yang telah dibekali ilmu dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, dalam rangka kehidupan berbangsa bernegara serta pembangunan nasional.
-          Generasi Muda sebagai Obyek
Generasi Muda Obyek adalah mereka yang masih memerlukan bimbingan yang mengarah kan kepada pertumbuhan potensi menuju ke tingkat yang maksimal dan belum dapat mandiri secara fungsional di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
C. Masalah Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain [3] :
a. Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
d. Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran / setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
f. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
h. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
i. Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
D. Potensi Generasi Muda
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri. Untuk mengembangkan ide-ide / gagasan-gagasan itu, Institut Teknologi Maschussets (MIT) Universitas Oregon dan Universitas Carnegie Mellon (CMU), telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas dalam program-program belajar dan membaharu dalam wadah Nasional Science Foundation (NSF), di masing-masing pusat inovasi universitas-universitas tersebut. Hasil yang dicapai proyek itu : Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah dipasarkan dan menciptakan hampir 800 pekerjaan baru, dan memperoleh hasil penjualan sebesar $46,5 juta (Kingsbury. Louise, 1978:59) [3].
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia unrtuk mengembangkan potensi tenaga muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.

PEMUDA DAN SOSIALISASI

Tema 2: PEMUDA DAN SOSIALISASI

PEMUDA DAN SOSIALISASI
A. Pengertian Pemuda
Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Selain memikul beban tersebut pemuda juga dihadapkan persoalan-persoalan diantaranya kenakalan remaja, ketidak patuhan pada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya. Seringkali pemuda dibenturkan dengan “nilai” yang telah ada jika mereka berkelakuan di luar nilai tersebut.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
B. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah istilah yang digunakan oleh sosiolog , psikolog sosial , antropolog , ilmuan politik dan pendidik untuk merujuk pada proses mewarisi dan menyebarkan norma , adat istiadat dan ideologi . Ini mungkin menyediakan individu dengan keterampilan dan kebiasaan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat mereka sendiri; masyarakat berkembang budaya melalui pluralitas norma bersama, adat istiadat, nilai-nilai, tradisi, peran sosial, simbol dan bahasa. Sosialisasi demikian 'sarana yang kelangsungan sosial dan budaya dicapai'. Sosialisasi, bagaimanapun, bukan normatif panjang: ia menjelaskan proses yang mungkin atau mungkin tidak mempengaruhi refleksi agen , dan yang mungkin atau tidak dapat menyebabkan diinginkan, atau "moral", hasil. Pandangan individu tentang isu-isu tertentu, seperti ras atau ekonomi , dapat disosialisasikan (dan sampai batas yang normal) dalam suatu masyarakat. Banyak teori-teori sosial-politik postulat sosialisasi yang hanya memberikan penjelasan parsial untuk keyakinan manusia dan perilaku, bahwa agen yang tidak 'papan tulis kosong' ditentukan oleh lingkungan mereka. Penelitian ilmiah memberikan bukti kuat bahwa orang dibentuk oleh pengaruh sosial dan mereka terprogram susunan biologis. genetik penelitian telah menunjukkan bahwa seseorang lingkungan berinteraksi dengan genotipe mereka untuk mempengaruhi hasil perilaku, sementara linguistik teori tata bahasa generatif menunjukkan bagaimana seperti kapasitas untuk belajar sepanjang masa perubahan seseorang sesuatu.
C. Internalisasi Belajar dan Sosialisasi
INTERNALUSASI adalah perubahan dalam masyarakat. Sedangkan Sosialisasi adalah suatu peroses yang mempelajari tentang norma – norma masyarakat yang akan membentuk keperibadiannnya dilingkungan masyarakat. Jadi jika tidak adanya Internalisasi dan Sosialisasi didalam lingkungan masyarakat. Maka tidak akan ada perubahan dilingkungan itu.
Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan.
Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
Kedua kata atau istilah internalisasi dan Sosialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat.
D. Proses Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup, bermula sejak lahir hingga mati. Proses sosialisasi itu terjadi dalam kelompok atau institusi sosial di dalam masyarakat. Di antara kelompok atau institusi sosial yang berperan penting dalam sosialisai anak adalah keluarga, kelompok sebaya, sekolah dan  media masa. Dalam masyarakat tradisional sebagian besar sosialisasi terjadi dalam keluarga tetapi dalam masyarakat yang sudah berkembang, anak-anak juga disosialisasi oleh sistem pendidikan. Menurut Djumransjah (2006:146), sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga, yang berfungsi membantu keluarga untuk mendidik anak-anak, dimana pendidikan tersebut tidak didapatkan di lingkungan keluarga. Sekolah tidak hanya mengajarkan membaca, menulis, berpikir ilmiah dan keterampilan dasar lainnya, tetapi mengajarkan juga bagaimana cara murid itu mengembangkan dirinya, mengevaluasi prestasi murid melalui kompetisi, mendisiplinkan murid dan hal lainnya yang dianggap perlu bagi anak-anak untuk memperoleh sukses dalam masyarakat yang semakin didominasi oleh persaingan antar individu.
Sekolah mengajarkan tentang pekerjaan-pekerjaan yang mungkin akan dikerjakan siswa tersebut ketika mereka dewasa, selanjutnya anak-anak mulai belajar tentang peran pekerjaan itu di masyarakat dan kemudian mereka akan mempelajari pekerjaan itu secara lebih formal. Sekolah juga mengajarkan tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik antara lain seperti: mempunyai rasa bangga sebagai warga suatu komunitas atau negara, mempelajari sejarah dan geografi bangsa dan lain-lain.
sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
2. Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya.
3. Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.
E. Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang bisa dikatakan sebagai golongan terdidik, karena mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi, di saat sebagian yang lain dalam usia yang sama masih bergelut dengan kemiskinan dan keterbatasan biaya dalam mengakses pendidikan, terutama pendidikan tinggi.
Predikat tersebut tentulah dapat disinonimkan bahwa mahasiswa merupakan kaum intelektual, yang mempunyai basis keilmuan yang kuat sesuai dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa, yang berarti kemampuan akademik mahasiswa dapat diandalkan sebagai salah satu asset negara ini. Tetapi, mahasiswa juga merupakan sebuah entitas social yang selalu berinteraksi dengan masyarakat dari segala jenis lapisan, sehingga dalam hal ini mahasiswa pun dituntut untuk memainkan peran aktif dalam kehidupan social kemasyarakatan. Peranan pemuda dalam masyarakat
Masyarakat membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan bersama.
Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memilki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus mengambil peranan yang menentukan dalam hal ini. Dengan semangat menyala-nyala dan tekad yang membaja serta visi dan kemauan untuk menerima perubahan yang dinamis pemuda menjadi motor bagi pembangunan masyarakat. Sejarah membuktikan, bahwa perubahan hampir selalu dimotori oleh kalangan muda. Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pemberantasan PKI, lahirnya orde baru, bahkan peristiwa turunnya diktator Soeharto dari singgasana kepresidenan seluruhnya dimotori oleh kaum muda. kaum muda pula yang selalu memberikan umpan balik yang kritis terhadap pongahnya kekuasaan.